Asbabul Nuzul Al Araf

Menyibak Rahasia Dibalik Alqur'an
Asbabun Nuzul Surah Al-A’raaf
asbabun nuzul surah al-qur’an

31. “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid*, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan**. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
(al-A’raaf: 31)

*Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling ka’bah atau ibadat-ibadat yang lain.
**Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.

32. “Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang Telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat*.” Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang Mengetahui.”
(al-A’raaf: 32)

*Maksudnya: perhiasan-perhiasan dari Allah dan makanan yang baik itu dapat dinikmati di dunia Ini oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman, sedang di akhirat nanti adalah semata-mata untuk orang-orang yang beriman saja.

Diriwayatkan oleh Muslim yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa pada zaman jahiliyyah ada seorang wanita yang tawaf di baitullah dengan telanjang bulat dan hanya bercawat secarik kain. Ia berteriak-teriak dengan mengatakan: “Pada hari ini aku halalkan sebagian atau seluruhnya, kecuali yang kututupi ini.” Maka turunlah ayat ini (al-A’raaf: 31) memerintahkkan untuk berpakaian rapi apabila memasuki masjid, dan ayat selanjutnya (al-A’raaf: 32) memberikan peringatan kepada orang-orang yang mengharamkan apa yang dihalalkan Allah swt.

184. “Apakah (mereka lalai) dan tidak memikirkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila. dia (Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan.”
(al-A’raaf: 184)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Abusy Syaikh yang bersumber dari Qatadah, bahwa Nabi saw. berdiri di atas Bukit Shafa menyeru kaum Quraisy dengan menyebut nama-nama suku bangsanya, dan memberi peringatan akan siksa Allah yang pernah dan akan terjadi. Berkatalah di antara mereka: “Sesungguhnya temanmu ini gila, semalam suntuk ia bicara terus.” Maka Allah menurunkan ayat ini (al-A’raaf: 184) yang menegaskan bahwa Muhammad itu Rasulullah.

187. “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui”.
(al-A’raaf: 187)

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan lain-lain, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah dan dijelaskan bahwa yang bertanya itu adalah kaum Quraisy, bahwa Ibnu Abi Qusyair dan Samuel bin Zaid menghadap Rasulullah saw. dan bertanya: “Sekiranya engkau benar-benar Nabi sesuai dengan pengakuanmu, cobalah terangkan kepada kami, kapan waktunya kiamat, karena kami tahu kapan akan terjadinya.” Maka Allah menurunkan ayat ini (al-A’raaf: 187) yang menegaskan bahwa tak seorangpun mengetahui waktunya, kecuali Allah, dan akan tiba sekonyong-konyong.

204. “Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat*”
(al-A’raaf: 204)

*Maksudnya: jika dibacakan Al Quran kita diwajibkan mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri, baik dalam sembahyang maupun di luar sembahyang, terkecuali dalam shalat berjamaah ma’mum boleh membaca Al Faatihah sendiri waktu imam membaca ayat-ayat Al Quran.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan lain-lain, yang bersumber dari Abu Hurairah bahwa turunnya ayat ini (al-A’raaf: 204) berkenaan dengan orang-orang yang membaca al-Qur’an dengan nyaring di waktu shalat bermakmum pada Nabi. Ayat ini memerintahkan untuk selalu mendengarkan dan memperhatikan bacaan imam.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abu Hurairah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari ‘Abdullah bin Mughaffal. Dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Mas’ud. Bahwa ayat ini (al-A’raaf: 204) turun berkenaan dengan orang-orang yang bercakap-cakap di waktu shalat. Ayat ini melarang berbicara ketika dibacakan al-Qur’an.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari az-Zuhri bahwa ayat ini (al-A’raaf: 204) turun berkenaan dengan seorang pemuda Anshar yang mengikuti bacaan ayat-ayat al-Qur’an yang dibacakan Rasulullah, sebelum beliau selesai membacanya. Ayat ini melarang mengganggu orang yang sedang membaca al-Qur’an.

Diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur di dalam Sunan-nya, dari Abu Ma’mar yang bersumber dari Muhammad bin Ka’b bahwa ketika para shahabat mendengar ayat al-Qur’an dari Rasulullah saw., merekapun mengulanginya sebelum Rasulullah selesai membacanya. Maka turunlah ayat ini (al-A’raaf: 204) yang memerintahkan untuk mendengar dan memperhatikan bacaan al-Qur’an.

Menurut as-Suyuti, melihat riwayat-riwayat di atas, ayat ini (al-A’raaf: 204) adalah Madaniyyah.

Sumber: asbabun nuzul, KHQ Shaleh dkk

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Temu Kangen Alias Reunian SMA Cimindi

Amalan Anak Kunci Pembuka Khasanah Langit dan Bumi

KEBUN TEH PANGHEOTAN CIKALONG WETAN