Asbabun Nuzul surat Al Kahfi

Asbabun Nuzul Surah Al-Kahfi
asbabun nuzul surah alqur’an

6. “Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, Sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran).”
(al-Kahfi: 6)

9. “atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim* itu, mereka Termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?”
(al-Kahfi: 9)

*Raqim: sebagian ahli tafsir mengartikan nama anjing dan sebagian yang lain mengartikan batu bersurat.

23. “dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: “Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi,”
(al-Kahfi: 23)
25. “dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).”
(al-Kahfi: 25)

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Ishaq, dari seorang alim bangsa Mesir, dari ‘Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa kaum Quraisy mengutu an-Nadlr bin al-Harits dan ‘Uqbah bin Abi Mu’aith untuk bertanya tentang kenabian Muhammad, dengan jalan menceritakan sifat-sifat Muhammad dan segala sesuatu yang diucapkan olehnya. Kepada pendeta-pendeta Yahudi di Madinah. Orang-orang Quraisy menganggap bahwa pendeta-pendeta itu mempunyai pengetahuan tentang tanda-tanda kenabian yang orang Quraisy tidak mengetahuinya. Maka berangkatlah dua utusan tadi ke Madinah dan bertanya kepada pendeta-pendeta Yahudi itu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kaum Quraisy. Berkatalah pendeta Yahudi itu kepada utusan Quraisy: “Tanyakanlah olehmu kepada Muhammad tentang tiga hal. Jika ia bisa menjawabnya maka ia adalah Nabi yang diutus. Akan tetapi apabila ia tidak bisa menjawabnya, maka ia hanyalah orang yang mengaku sebagai nabi. Pertama tanyakan kepadanya tentang pemuda-pemuda pada zaman dulu yang bepergian dan apa yang terjadi pada mereka, karena cerita tentang pemuda itu sangat menarik. Kedua tanyakan kepadanya tentang seorang pengembara yang sampai ke masyrik dan magrib dan apa pula yang terjadi padanya. Dan ketiga, tanyakan pula padanya tentang ruh.” Maka pulanglah kedua utusan tadi kepada kaum Quraisy dan berkata: “Kami datang membawa sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menentukan sikap antara tuan-tuan dan Muhammad.” Merekapun berangkat menghadap Rasulullah saw. dan menanyakan ketiga persoalan tersebut. Rasulullah bersabda: “Aku akan menjawabnya tentang hal-hal yang kamu tanyakan itu.” (tanpa menyebut insya Allah). Maka pulanglah mereka semua.
Rasulullah saw. menunggu-nunggu wahyu sampai lima belas malam lamanya. Namun Jibril tidak kunjung datang kepadanya. Hal ini membuat orang-orang Mekah goyah dan beliau merasa sedih karenanya. Beliau tidak tahu apa yang harus dia katakan kepada kaum Quraisy. Pada suatu ketika datanglah Jibril membawa surah al-Kahfi yang di dalamnya menegur Nabi saw. atas kesedihannya karena perbuatan mereka (al-Kahfi: 6); menerangkan apa-apa yang mereka tanyakan tentang pemuda-pemuda yang bepergian (al-Kahfi: 9-26); tentang seorang pengembara (al-Kahfi: 83-101); serta firman Allah tentang ruh (al-Isra: 85)

Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ‘Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Abu Jahl bin Hisyam, an-Nadlr bin al-Harits, Umayyah bin Khalaf, al-‘Ashi bin Wa-il, al-Aswad bin al-Muthalib, dan Abul Bukhturi (tokoh-tokoh Quraisy) telah berkomplot melawan Rasulullah saw.. Oleh Rasulullah saw. perlawanan kaumnya terhadap dirinya dan keingkaran mereka terhadap nasehat-nasehat yang baik, dirasakan sangat berat dan sangat menyedihkan hati. Maka turunlah ayat ini (al-Kahfi: 6) sebagai teguran atas kemurungannya itu.

Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ketika turun ayat, wa labitsuu fi kahfihim tsalaatsa mi-ah… (dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus…) (al-Kahfi: 25), ada yang bertanya: “Ya Rasulullah, tiga ratus tahun atau bulan?” Maka Allah menurunkan penggalan ayat selanjutnya,….siniina wazdaaduu tis’aa (…tahun dan ditambah sembilan tahun [lagi]).

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari adl-Dlaahhak. Dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas, bahwa Nabi saw. pernah bersumpah tentang sesuatu. Setelah empat puluh malam berlalu, barulah Allah menurunkan ayat ini (al-Kahfi: 23-24) yang memperingatkan agar apabila bersumpah, hendaknya diikuti dengan ucapan “insyaa Allah.”

28.”dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”
(al-Kahfi: 28)

Sumber: asbabun nuzul, KHQ Shaleh dkk

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Temu Kangen Alias Reunian SMA Cimindi

Amalan Anak Kunci Pembuka Khasanah Langit dan Bumi

KEBUN TEH PANGHEOTAN CIKALONG WETAN