Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

Wiro Sableng #36 : Dewi Dalam Pasungan

Gambar
WIRO SABLENG Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito SATU MATAHARI baru saja tenggelam. Dalam udara yang beranjak gelap itu keadaan dipekuburan Jati anom nampak diselimuti kesunyian padahal belum lama berselang rombongan pengantar jenazah yang berjumlah hampir seratus orang meninggalkan tempat itu. Di u jung kanan tanah pekuburan, dibawah sepokok batang Kemboja kecil tampak seungguk tanah makam yang masih merah ditaburi oieh bunga-bunga aneka warna. Dikejauhan terdengar suara kicau burung yang kembali ke sarangnya. Lalu sunyi lagi dan udara semakin gelap. Pada saat itulah tiga sosok berpakaian serba hitam muncul dari arah timur tanah pekuburan.Ketiganya sesaat tegak berhenti meneliti keadaan. Ketika tidak seorangpun kelihatan di tempat itu, ketiganya melangkah bergegas menuju kuburan baru. Dua dari tiga orang ini memanggul pacul. Satunya membawa linggis. "Ini kuburannya! Kita harus bekerja cepat!" terdengar orang yang membawa linggis berucap. &quo

Tentang Cinta Dalam Kehidupan Kita

Gambar
“There is a comfort in the strength of love: ‘Twill make a thing endurable, which else would overset the brain, or break the heart. – Ada kedamaian dalam kekuatan cinta: ‘Mereka (cinta) akan menjadikan sesuatu berjalan dengan baik, dimana yang lain dapat menyebabkan pusing atau patah hati.” ~ William Wordsworth Pada 23 November 2006 saya diundang dalam sebuah seminar motivasi National Achievers Congress 2006. Kebetulan dua di antara empat pembicara dalam seminar tersebut adalah teman lama saya, yaitu Happy S. Tjandra, penulis buku Motiv-8, dan Darmadi Darmawangsa, penulis buku Fight Like A Tiger, Win Like A Champion. Sedangkan dua pembicara yang lainnya adalah Tony Christiansen dari Selandia Baru dan Dwi Krismawan. Materi motivasi dari pembicara terakhir yang saya sebutkan tadi benar-benar menginspirasi saya tentang peran cinta dalam kehidupan. Dwi Krismawan mengungkapkan bagaimana ia terbebas dari jurang keterpurukan dan berhasil menciptakan kehidupan yang penuh kebahagiaan. Cinta

Wiro Sableng #69 : Ki Ageng Tunggul Keparat

Gambar
WIRO SABLENG Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito Ep : KI AGENG TUNGGUL KEPARAT LAKSANA terbang kuda coklat berlari kencang di bawah panas teriknya matahari. Dalam waktu yang singkat bersama penunggangnya dia sudah sampai di kaki bukit untuk selanjutnya lari terus memasuki lembah subur yang terhampar di kaki bukit. Si penunggang kuda mendongak ke langit. Matahari dilihatnya tepat di ubunubun kepalanya. Parasnya kontan berubah. "Celaka!" keluhnya dalam hati. "Celaka! Aku hanya punya waktu dua belas jam lagi! Kalau apa yang kucari tak dapat kutemui mampuslah aku!" Dia memandang lagi ke matahari di atasnya lalu menyentakkan tali kekang agar kuda tunggangannya lari lebih cepat. Orang itu berpakaian biru gelap. Kulitnya yang hitam liat menjadi lebih hitam karena warna pakaiannya itu. Dibawah blangkon yang menutupi kepalanya, wajahnya tidak sedap untuk dipandang kalau tak mau dikatakan mengerikan. Pada pipinya sebelah kiri mulai dari ujung b

Dia Ibuku

Gambar
Seperti biasa ketika aku sedang dilanda masalah yang berkaitan dengan urusan hati atau lebih suka ku sebut dengan perasaan, aku akan duduk di atas atap genteng rumah yang bewarna hijau lumut dan melamun disana. Melipat kedua kaki di dada dan memeluknya erat. Ku goyangngkan tubuh ke depan dan ke belakang. Aku yakin bila ada seseorang yang melihatku pasti akan mengira aku sedang ditiup angin. Hal itu di karena tubuhku yang kurus dan kecil. Bolehkah aku menggantinya dengan kata imut? Kata ‘kecil’ rasanya terlalu tidak aku sukai untuk sebutan fisikku. Kembali ke cerita awal bagaimana aku bisa terdampar di atas genteng dan memandangi sekumpulan wanita disana yang mengelilingi gerobak si Mamang penjual sayur keliling di desaku. Aku melihat mereka tertawa, dan suara yang paling aku kenali adalah suara ibuku. Yah, beliau disana berkumpul dengan teman-temannya dan bergosip. Membicarakan masalah suami-suami mereka atau membicarakan anak-anak mereka. Saling menebar kesombongan dan keangkuhan.